Rabu, 04 Maret 2015

Peran Muslimah dalam Islam

Bismillahirrahmanirrahim

Sangat mulialah seorang wanita, yang bisa mengantarkan orang tua, suaminya ke Surga-NYA, dan surga terletak di kakinya ketika menjadi seorang Ibu


1. Peran Muslimah sebagai Hamba Allah
Setiap manusia, baik wanita maupun laki-laki mempunyai kewajiban untuk beribadah kepada Allah SWT. menyampaikan kebaikan-kebaikan (berdakwah), dan memberikan manfaat serta safaat untuk orang-orang yang ada di sekitarnya.


Tanggung jawab setiap manusia, baik itu laki-laki maupun perempuan adalah sama di hadapan Allah SWT.

"Adapun orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain " (Q. S. At-Taubah:72)

Antara wanita dan laki-laki saling tolong-menolong, sehingga terciptalah suatu keseimbangan di muka bumi.

" Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, sedang ia beriman maka mereka itu masuk surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit." (Q. S. An-Nisa:124)

Oleh karena itu, antara perempuan dan laki-laki mempunyai derajat yang sama di hadapan Allah SWT., perbedaannya hanya terletak pada kualitas Taqwa masing-masing, maka tidak baik jika mempunyai pandangan negatif satu sama lain.

"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak daripada sebagian yang lain. Bagi laki-laki ada yang mereka usahakan dan bagi perempuan juga ada bagian dari apa yang mereka usahakan" (Q.S. An-Nisa:32).

2. Peran Muslimah sebagai Anak
Peran seorang anak (baik laki-laki maupun perempuan), antara lain:
a. Berbuat baik terhadap orang tua 
    "Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah sesuatu kecuali kepadaNya, dan terhadap kedua orang tua harus berlaku baik, pada waktu salah seorang dari mereka atau keduanya sampi berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kau berkata "Cih/ah" kepada keduanya, dan berkatalah kepada keduanya dengan kata-kata yang lunak, lemah lembut dan sopan. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka telah mendidik aku waktu kecil" (QS 17:23-24) 

b. Tidak durhaka kepada orang tua 
    Abdullah bin Amru bin Al'Ash ra, dari Rasulullah bersabda: "Dosa-dosa besar ialah: Menyekutukan Allah, dan durhaka pada kedua ayah-ibu dan membunuh manusia dan sumpah palsu" (HR. Bukhari) 

c. Berbakti setelah keduanya meninggal 
    Abu  Usaid (Malik) bin Rabi'ah Assa'iddy ra berkata: Ketika kami duduk di sisi Rasulullah SAW, mendadak datang seseorang dari bani Salimah dan bertanya: Apakah masih ada jalan untuk berbakti kepada kedua orang tua sesudah meninggal keduanya? Jawab Nabi: Ya, men-sholatkan atasnya, dan membacakan istigfar untuk keduanya, dan melaksanakan wasiatnya, dan menghubungi keluarga yang tidak dapat dihubungi, melainkan karena keduanya, dan menghormati teman-teman keduanya (HR Abu Daud).


3. Peran Muslimah sebagai Ibu 
Ibu adalah madrasah pertama seorang anak. Sebagai Ibu yang baik, seorang muslimah harus mempunyai ilmu yang mencukupi untuk mendidik anaknya terutama ilmu tentang Agama Islam yang meliputi ilmu Aqidah, ilmu ibadah dan ilmu akhlak sedari masa mengandung. Seorang ibu harus membiasakan diri sesuai dengan syariat Islam sehingga seorang anak bisa mencontoh untuk menerapkan hal tersebut ketika sudah besar. Bagaimana mungkin kita menginginkan anak yang Shaleh- Shaliha, sedangkan kita tidak mampu memberikan tauladan yang baik


4. Peran Muslimah Sebagai Istri (Dikutip dari muslim.or.id)
Ketika seorang laki-laki merasa kesulitan, maka sang istri lah yang bisa membantunya. Ketika seorang laki-laki mengalami kegundahan, sang istri lah yang dapat menenangkannya. Dan ketika sang laki-laki mengalami keterpurukan, sang istri lah yang dapat menyemangatinya.

Sungguh, tidak ada yang mempunyai pengaruh terbesar bagi seorang suami melainkan sang istri yang dicintainya.
Mengenai hal ini, contohlah apa yang dilakukan oleh teladan kaum Muslimah, Khadijah Radiyallahu anha dalam mendampingi Rasulullah di masa awal kenabiannya. Ketika Rasulullah merasa ketakutan terhadap wahyu yang diberikan kepadanya, dan merasa kesulitan, lantas apa yang dikatakan Khadijah kepadanya?
“Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Karena sungguh engkau suka menyambung silaturahmi, menanggung kebutuhan orang yang lemah, menutup kebutuhan orang yang tidak punya, menjamu dan memuliakan tamu dan engkau menolong setiap upaya menegakkan kebenaran.” (HR. Muttafaqun ‘alaih)

Tidak ada pangkat tertinggi melainkan pangkat seorang Nabi, dan tidak ada ujian yang paling berat selain ujian menjadi seorang Nabi. Untuk itu, tidak ada obat penenang bagi Rasulullah dalam mengemban amanah nubuwahnya melainkan istri yang sangat dicintainya. Sampai-sampai ketika Aisyah cemburu kepada Khadijah, dan berkata “Kenapa engkau sering menyebut perempuan berpipi merah itu, padahal Allah telah menggantikannya untukmu dengan yang lebih baik?” Lantas Rasulullah marah dan bersabda: “Bagaimana engkau berkata demikian?  Sungguh dia beriman kepadaku pada saat orang-orang menolakku, dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, dia mendermakan seluruh hartanya untukku pada saat semua orang menolak mambantuku, dan Allah memberiku rizki darinya berupa keturunan.” (HR Ahmad dengan Sanad yang Hasan)

Demikianlah kecintaan Rasulullah kepada Khadijah, dan demikianlah seharusnya bagi seorang wanita muslimah di dalam keluarganya. Tidak ada yang diinginkan bagi seorang suami melainkan seorang istri yang dapat menerimanya apa adanya, percaya dan yakin kepadanya dan selalu membantunya ketika sulitnya.
Inilah peran yang seharusnya dilakukan bagi seorang wanita. Menjadi seorang pemimpin bukanlah hal yang perlu dilakukan wanita, akan tetapi menjadi pendamping seorang pemimpin yang dapat membantu, mengarahkan dan menenangkan adalah hal yang sangat mulia jika di dalamnya berisi ketaatan kepada Allah Ta’ala.

Allahu'alam Bishowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar