Rabu, 25 Februari 2015

Sahabat (sebenarnya)

Semakin banyak kita berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang, maka semakin banyak teman di sekitar kita. Mencoba menyesuaikan diri dengan mereka tanpa terpengaruh dengan sifat-sifat buruknya, bahkan kita mencoba saling membantu untuk memperbaiki kekurangan masing-masing. Semakin sering kita berinterasi, semakin tau sifat-sifatnya, semakin tau cerita dalam hidupnya maka semakin besar rasa nyaman yang muncul diantara kamu dan orang tersebut. 

Al-Hasan Al-Bashri berkata: “Perbanyaklah Sahabat-sahabat mu’minmu, karena mereka memiliki Syafa’at pd hari kiamat”.

Apalagi kalau pernah satu tempat tinggal (cewe-cewe atau cowo-cowo) karena sama-sama perantau. Semakin banyak kamu tau kebiasaannya sehari-hari dari mulai pagi sampai malam hari. Semakin lama rasa sayang antara sahabat tersebut akan terus tumbuh dan saling memberi perhatian, mengingatkan pada kebaikan, dan menegur (dengan cara yang baik) jika ia melakukan kesalahan.

Imam syafi’i berkata: “Jika engkau punya teman - yg selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah- maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskannya. Karna mencari teman -baik- itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali".
Persahabatan itu tidak bisa hanya dilihat dari seberapa kamu menjalin persahabatan tersebut. Tetapi persahabatan yang baik adalah ketika kamu senang, ia ikut senang; ketika kamu sedih, ia ikut sedih; begitu juga sebaliknya. Bukan malah memendam keirian ketika ia senang, membicarakan keburukannya ketika kamu tidak bersama ia. Sahabat yang baik adalah orang yang tidak pernah membiarkanmu menderita, tetapi ia selalu menyemangatimu untuk terus bangkit dan maju.

"Kamu akan melihat orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya)" (H.R. Bukhari)

Sahabat yang baik bukanlah orang yang sering menyalahimu, tetapi selalu merangkulmu, memahami apa yang kamu rasakan, dan perlahan meluruskan sikapmu ketika kamu salah. Ketika kalian saling marahan karena suatu hal, cobalah saling memahami, mengalah untuk mempertahankan persahabatan itu, dan jangan sampai emosi menghapus persaudaraan dalam kehangatan persahabatan kalian.

Wallahu'alam Bishowab


Kamis, 05 Februari 2015

Hujan

Hujan. . .
Kau ajarkan aku akan banyak hal
Ajari aku seperti engkau
Yang bertahan ketika gelap
Yang tak mengeluh ketika terjatuh

Hujan. .
Ingatkan aku akan arti pengorbanan
Ketika menunggu terlihat menarik
Ketika menolak terlihat bertahan
Ketika tak peduli terlihat tak ingin kembali

Sampai pada akhirnya kau bertahan dalam semusim
Kau berikan pelangi setelah kau pergi
Indahnya dirimu
Melihat jejakmu membias terkena mentari
Ketika warna-warni mewarnai birunya hari

Kau hadir dengan setiap rasa syukur di hati
Ketika doa terpanjat menjadi lebih dekat dengan nyata
Ketika karunia-NYA terasa dalam dada
Ya, kali ini bahagiaku bertemu denganmu kembali
dan ku yakin tak akan ada sedih setelah kau pergi
Karena ku yakin  pelangi kan mengganti

Rabu, 04 Februari 2015

Pentingnya Tabayyun (Konfirmasi)

Catatan ini menjadi pengingat untuk diri Saya sendiri supaya membiasakan Tabayyun sebelum berprasangka


"Dan mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu. Mereka tak lain hanyalah mengikuti dugaan, dan sesungguhnya dugaan itu tidak berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran" (Q.S. An-Najm:28).


Kita tak akan mampu membendung pembicaraan orang lain terhadap kita, baik itu pembicaraan yang benar atau mungkin hanya prasangka yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Ketika seseorang mendengarkan suatu berita, orang tersebut cenderung untuk berprasangka, apalagi kalau beritanya adalah hal yang buruk. Jika beritanya benar, namanya Ghibah, jika salah namanya fitnah. Nauzubillah mindzalik. Alangkah baiknya, ketika kita mendengarkan suatu berita jangan langsung mengambil kesimpulan atas prasangka-prasangka kita.Tidak semua berita harus kita dengar dan kita baca, khususnya berita yang membahas aib dan membahayakan pikiran. Tidak terburu-buru dalam menanggapi berita, akan tetapi diperlukan tabayyun dan pelan-pelan dalam menelusurinya.

Rosululloh sallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“التاني من الله والعجلّة من الشيطان”

“Pelan-pelan itu dari Alloh, sedangkan terburu-buru itu dari setan.” (Musnad Abu Ya’la: 7/247, dishohihkan oleh al-Albani: 4/404)


Al-Imam Hasan al-Bashri rahimahulloh berkata: “Orang mukmin itu pelan-pelan sehingga jelas perkaranya.”[4]

Syaikh Sholih Fauzan hafidzahullah berkata: ”Hendaknya kita pelan-pelan dalam menanggapi suatu perkataan, tidak terburu-buru, tidak tergesa-gesa menghukumi orang, hendaknya tabayyun. Sebagaimana firman Alloh ‘Azza wa Jalla dalam QS. al-Hujurot[49]: 6 dan QS. an-Nisa[4]: 94.” (al-Muntaqo min Fatawa al-Fauzan: 3/25)




Rosululloh sallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ايّاكم والظنّ فانّ الظنّ اكذب الحديث

“Jauhilah dirimu dari persangkaan, maka sesungguhnya persangkaan itu sedusta-dustanya perkataan.” (HR. Al-Bukhori: 5144)




 "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan menyesal atas perbuatanmu itu.” (Q.S. Al-Hujurat: 6)


Oleh karena itu sangat diperlukannya Tabayyun/konfirmasi. Sebaiknya sebagai seorang muslim, kita harus selalu berpikir yang positif dan tidak terbawa dengan berita yang kita dengar. Jika berita/ masalahnya sangat penting dan kita berniat agar berita tersebut tidak menyebar terlalu jauh, sebaiknya kita mengkonfirmasi langsung ke yang bersangkutan. Ya tentu saja dengan memperhatikan penyampaian ke yang bersangkutan. Khawatirnya menyinggung perasaan beliau. 

Wallahu A'lam Bishawab




Terlahir untuk Memilih

Perjalanan ini tak mudah untuk ditebak
Bagai misteri yang menanti untuk dihampiri

Tak ada yang tau. . .
Kapan senyum merekah lebar
Kapan air mata membasahi pipi
Kapan muka ini menekuk dan tertunduk

Bukankah ini adalah pilihan
Ketika  bisa memilih  yang  buruk atau baik
Ketika  bisa memilih sedih atau bersyukur
Ketika bisa memilih  menangis atau tersenyum
Ketika bisa memilih meratapi atau mempelajari
Ketika bisa memilih untuk tertunduk atau bangkit

Iya. . .
Tentu itu pilihan
Karena kita terlahir untuk memilih
dan kita tak terlalu lama meratapi apa yang terjadi