Sabtu, 28 Maret 2015

Sisi Berbeda

Mengapa engkau tak henti menggerutu
Padahal kau tau, hidup tak sesedih itu
Jika dalam gelap tersembunyi sisi terang
Jika dalam tangis, ada senyum yang terangkat dalam raut muka
Jika dalam sedih, ada bahagia yang akan kau raih

Apakah hidupmu semenyedihkan itu?
Ketika kau hanya mengeluh tanpa rasa syukur
Ketika kebencian membara, tanpa maaf yang mengikhlashkan segalanya

Hidupmu tak sesedih itu
Ada pelangi setelah gelapnya langit
Ada kehangatan mentari setelah derasnya hujan dan angin
Ada rumput menari selepas air membasahi bumi

berhentilah
Karena keluhmu meyakiti hati
Hatimu yang ingin hidup kembali
Apa kau lupaa?
Jika hidupmu lebih baik dari mereka?
Mereka renta dan tak berdaya
Tapi apakah kau lihat mereka marah?

Bibir dan lidahmu terlalu rindu untuk menggerakan rasa syukur
Matamu pun lelah untuk merintih dengan sesuatu yang tak pasti
Izinkanlah. . .
Izinkan hidup dan matimu bahagia dalam indahnya syukur



Sabtu, 21 Maret 2015

"Hijrah"

Alhamdulillah. . .
Sampai pada hari ini, hampir dipenghujung bulan Maret. Itu tandanya sebentar lagi akan semakin sedikit waktu luang, semakin berkurang pula masa hidup di dunia. Entah kapan akan datangnya, waktu akhir di dunia. Hanya Allah yang tau. Sebagai manusia, hanya bisa berusaha untuk menjadi sosok yang lebih baik dari sebelumnya.

Hijrah. . .
Banyak cara untuk mendapatkan sosok terbaik dalam diri sendiri.
Bisa mengejarnya dengan menuntut ilmu, mencari ilmu dari sumber-sumber yang tepat
Bisa juga datang karena pengalaman pribadi, pengalaman orang lain yang mengandung hikmah besar dalam hidup.

Sadarnya diri ini.
Diri ini lalai di kala kemarin
Diri ini terjebak dalam ruang yang tak baik
Yang hampir menyakiti diri. . .
Hampir saja ketenangan yang sulit dicari, hilang hanya hal yang semu
Astaghfirullah
Manusia tempatnya salah
Termasuk diri ini.

"Hijrah"



Hijrah. . .
Semua berawal dari pertemuan dengan orang-orang Shalih di kala itu
Di saat diri ini sangat jauh dari tampilan "rapih" dalam menutup aurat
Di saat diri ini masih "bermata kosong" ketika membahas ilmu agama
Di saat diri ini masih belum bisa menahan pada saat berbicara
Di saat diri ini masih mengikuti budaya yang tidak perlu diikuti
Di saat diri masih memberi batas tipis ketika berkomunikasi
Saat itulah diri ini menyadari
Terlalu ambisi kepada kepentingan dunia terlalu melalaikan
Terlalu mengejar mimpi-mimpi, sampai lupa kepada siapa tempat yang pantas untuk "menyerahkan diri"

Hijrah. . .
Sekarang aku menyadari
Betapa bahagia berada dalam ketenangan ini
Ketika semua ku serahkan pada Sang Illahi
Ketika aku tak berambisi berlebih mengejar duniawi
Saat ini, diri ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak salah dan dosa, tapi diri ini ingin menuju Taqwa.
Kepada-NYA. Ibadah, Hidup, dan Mati ini hanya untuk-NYA

Hijrah. . .
Izinkan aku untuk berdiri kuat pada pijakan ini
Istiqomah untuk terus memperbaiki diri
Jangan izinkan ada yang datang untuk melunturkannya
Jangan izinkan sedetik pun diri ini lalai

Hijrah. .
Izinkan Aku bertemu dengan orang-orang pilihan
Orang-orang yang selalu menguatkan pijakan ini
Yang selalu menasihati ketika iman ini turun

Hijrah. . .
Iman manusia naik-turun. . .
Tapi aku mohon, jangan sampai iman ini keluar dari batas wajib dan Sunnah
karena ku tak ingin. .
Ketenangan dan kebahagiaan ini menghilang

Dari orang yang penuh dosa, yang terus mengejar Taqwa Illallahu, Nina Andhini Pratiwi

Selasa, 17 Maret 2015

Karena Dirinya tak Lemah

Ketika hidup mencari kebahagiaan
Ketika kenangan menjadi pembelajaran
Ketika harapan menjadi harapan

Tak inginkah kau bangkit?
Ketika yang lain berlari untuk meraih mimpi-mimpinya
Ketika mereka sibuk memikirkan cara untuk bahagia

Apakah kau tak memikirkannya?
Ataukah kau hanya sosok lemah berhati rapuh
Seperti pohon yang telah mati tersambar petir
Lalu kau lapuk diterjang angin dan derasnya hujan

Apakah tak ada sedikit kekuatan?
Ataukah kau hanya sibuk menjadi penonton kebahagiaan orang lain
Seperti orang yang berlari tanpa tau tujuan dan titik akhir pemberhentian

Kuatlah. . .
Yakinlah. . .
Bertahanlah. . .
dan Bangkitlah. . .
Hidupmu teramat berarti
Yang mungkin tak kau sadari saat ini

Teramat indah hidupmu
Teramat banyak kesempatan menghampiri
Pergilah. . .
Kejarlah. . .
Berdoalah. . .
Karena hidup tak berhenti hanya karena kesedihan



Sabtu, 14 Maret 2015

2 weeks left

Alhamdulillah. . .
Allah SWT. masih memberikan 2 minggu lagi waktu untuk berlibur, sebelum semua rutinitas ini dimulai. Ya, memulai kehidupan di fase yang baru, yaitu berkarir. Setelah 4 bulan mengikuti 4 tahap seleksi (dengan 3x tes), akhirnya Allah menunjukan jalan-NYA. 6 bulan pasca wisuda, bukan waktu yang sebentar untuk sekedar menunggu. Sudah beberapa tes rekrutmen karyawan saya ikuti, tapi hanya saja disana bukan rexeki saya. Sempat ada tawaran bekerja di suatu perusahaan, tapi ternyata posisinya bukan bidang yang saya dalami selama ini. Bukan sebagai orang yang pemilih dalam bekerja, tapi hanya ingin mencari dan berkarir sesuai apa yang dicintai dan sesuai dengan apa yang telah didalami selama Pendidikan. 

Alhamdulillah
Allah memberikan jalan-NYA
Ini juga tak lepas dari besarnya kekuatan doa Ibu-Bapak
Keinginan mereka, agar saya bisa berkarir di tanah kelahiran ini

Bekerja/ Berkarir bukan tujuan utama
Tapi ini adalah suatu media untuk selalu mendekatkan diri kepada Sang Pencipta
Sebagai pengingat, untuk selalu mengingat segala Nikmat dan Karunia-NYA
Sebagai cara, untuk selalu bisa dekat dengan kedua orang tua

Hidup itu memang harus memilih dan menerima setiap resiko dari apa yang kita pilih
Jika ada teman-teman kita yang bekerja jauh dari keluarga, itu bukanlah kesedihan.
Itu adalah nikmat Allah, yang didalamnya terselip banyak kebaikan- kebaikan yang tak terlihat
Itu adalah jalan
Untuk mencari kebahagiaan-kebahagiaan yang lain

Ikhlash. . . dan bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini
Itu adalah cara terbaik untuk meraih kebahagiaan 

Semangaaat untuk semuanya
Niatkan semua, hidup dan mati hanya untuk Allah SWT. ^^



Rabu, 04 Maret 2015

Peran Muslimah dalam Islam

Bismillahirrahmanirrahim

Sangat mulialah seorang wanita, yang bisa mengantarkan orang tua, suaminya ke Surga-NYA, dan surga terletak di kakinya ketika menjadi seorang Ibu


1. Peran Muslimah sebagai Hamba Allah
Setiap manusia, baik wanita maupun laki-laki mempunyai kewajiban untuk beribadah kepada Allah SWT. menyampaikan kebaikan-kebaikan (berdakwah), dan memberikan manfaat serta safaat untuk orang-orang yang ada di sekitarnya.


Tanggung jawab setiap manusia, baik itu laki-laki maupun perempuan adalah sama di hadapan Allah SWT.

"Adapun orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain " (Q. S. At-Taubah:72)

Antara wanita dan laki-laki saling tolong-menolong, sehingga terciptalah suatu keseimbangan di muka bumi.

" Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, sedang ia beriman maka mereka itu masuk surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit." (Q. S. An-Nisa:124)

Oleh karena itu, antara perempuan dan laki-laki mempunyai derajat yang sama di hadapan Allah SWT., perbedaannya hanya terletak pada kualitas Taqwa masing-masing, maka tidak baik jika mempunyai pandangan negatif satu sama lain.

"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak daripada sebagian yang lain. Bagi laki-laki ada yang mereka usahakan dan bagi perempuan juga ada bagian dari apa yang mereka usahakan" (Q.S. An-Nisa:32).

2. Peran Muslimah sebagai Anak
Peran seorang anak (baik laki-laki maupun perempuan), antara lain:
a. Berbuat baik terhadap orang tua 
    "Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah sesuatu kecuali kepadaNya, dan terhadap kedua orang tua harus berlaku baik, pada waktu salah seorang dari mereka atau keduanya sampi berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kau berkata "Cih/ah" kepada keduanya, dan berkatalah kepada keduanya dengan kata-kata yang lunak, lemah lembut dan sopan. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka telah mendidik aku waktu kecil" (QS 17:23-24) 

b. Tidak durhaka kepada orang tua 
    Abdullah bin Amru bin Al'Ash ra, dari Rasulullah bersabda: "Dosa-dosa besar ialah: Menyekutukan Allah, dan durhaka pada kedua ayah-ibu dan membunuh manusia dan sumpah palsu" (HR. Bukhari) 

c. Berbakti setelah keduanya meninggal 
    Abu  Usaid (Malik) bin Rabi'ah Assa'iddy ra berkata: Ketika kami duduk di sisi Rasulullah SAW, mendadak datang seseorang dari bani Salimah dan bertanya: Apakah masih ada jalan untuk berbakti kepada kedua orang tua sesudah meninggal keduanya? Jawab Nabi: Ya, men-sholatkan atasnya, dan membacakan istigfar untuk keduanya, dan melaksanakan wasiatnya, dan menghubungi keluarga yang tidak dapat dihubungi, melainkan karena keduanya, dan menghormati teman-teman keduanya (HR Abu Daud).


3. Peran Muslimah sebagai Ibu 
Ibu adalah madrasah pertama seorang anak. Sebagai Ibu yang baik, seorang muslimah harus mempunyai ilmu yang mencukupi untuk mendidik anaknya terutama ilmu tentang Agama Islam yang meliputi ilmu Aqidah, ilmu ibadah dan ilmu akhlak sedari masa mengandung. Seorang ibu harus membiasakan diri sesuai dengan syariat Islam sehingga seorang anak bisa mencontoh untuk menerapkan hal tersebut ketika sudah besar. Bagaimana mungkin kita menginginkan anak yang Shaleh- Shaliha, sedangkan kita tidak mampu memberikan tauladan yang baik


4. Peran Muslimah Sebagai Istri (Dikutip dari muslim.or.id)
Ketika seorang laki-laki merasa kesulitan, maka sang istri lah yang bisa membantunya. Ketika seorang laki-laki mengalami kegundahan, sang istri lah yang dapat menenangkannya. Dan ketika sang laki-laki mengalami keterpurukan, sang istri lah yang dapat menyemangatinya.

Sungguh, tidak ada yang mempunyai pengaruh terbesar bagi seorang suami melainkan sang istri yang dicintainya.
Mengenai hal ini, contohlah apa yang dilakukan oleh teladan kaum Muslimah, Khadijah Radiyallahu anha dalam mendampingi Rasulullah di masa awal kenabiannya. Ketika Rasulullah merasa ketakutan terhadap wahyu yang diberikan kepadanya, dan merasa kesulitan, lantas apa yang dikatakan Khadijah kepadanya?
“Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Karena sungguh engkau suka menyambung silaturahmi, menanggung kebutuhan orang yang lemah, menutup kebutuhan orang yang tidak punya, menjamu dan memuliakan tamu dan engkau menolong setiap upaya menegakkan kebenaran.” (HR. Muttafaqun ‘alaih)

Tidak ada pangkat tertinggi melainkan pangkat seorang Nabi, dan tidak ada ujian yang paling berat selain ujian menjadi seorang Nabi. Untuk itu, tidak ada obat penenang bagi Rasulullah dalam mengemban amanah nubuwahnya melainkan istri yang sangat dicintainya. Sampai-sampai ketika Aisyah cemburu kepada Khadijah, dan berkata “Kenapa engkau sering menyebut perempuan berpipi merah itu, padahal Allah telah menggantikannya untukmu dengan yang lebih baik?” Lantas Rasulullah marah dan bersabda: “Bagaimana engkau berkata demikian?  Sungguh dia beriman kepadaku pada saat orang-orang menolakku, dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, dia mendermakan seluruh hartanya untukku pada saat semua orang menolak mambantuku, dan Allah memberiku rizki darinya berupa keturunan.” (HR Ahmad dengan Sanad yang Hasan)

Demikianlah kecintaan Rasulullah kepada Khadijah, dan demikianlah seharusnya bagi seorang wanita muslimah di dalam keluarganya. Tidak ada yang diinginkan bagi seorang suami melainkan seorang istri yang dapat menerimanya apa adanya, percaya dan yakin kepadanya dan selalu membantunya ketika sulitnya.
Inilah peran yang seharusnya dilakukan bagi seorang wanita. Menjadi seorang pemimpin bukanlah hal yang perlu dilakukan wanita, akan tetapi menjadi pendamping seorang pemimpin yang dapat membantu, mengarahkan dan menenangkan adalah hal yang sangat mulia jika di dalamnya berisi ketaatan kepada Allah Ta’ala.

Allahu'alam Bishowab