Banyaknya
komponen dalam sistem C adalah jumlah minimum spesies bebas yang diperlukan
untuk menentukan komposisi semua fase yang ada dalam sistem. Definisi ini mudah
diberlakukan jika spesies yang ada dalam sistem tidak bereaksi, sehingga hanya
menghitung banyaknya. Misalnya air murni (C=1) dan campuran etanol dan air
adalah sistem dua komponen (C=2) (Atkins, 1999).
Jika
spesies bereaksi dan berada pada kesetimbangan harus memperhitungkan arti
kalimat “semua fase” dalam definisi tersebut. Jadi, untuk amonium klorida yang
dalam kesetimbangan dengan uapnya,
NH4Cl(s)
↔ NH3(g) + HCl(g)
kedua fase mempunyai
komposisi formal “NH4Cl” dan sistem mempunyai satu komponen. Jika
HCl(g) berlebih ditambahka, sistem mempunyai dua komponen karena
sekarang jumlah relatif HCl dan NH3 berubah-ubah. Sebaliknya kalsium
karbonat berada dalam kesetimbangan dengan uapnya (Atkins, 1999):
CaCO3(s)
↔ CaO(s) + CO2(g)
adalah sistem dua
komponen karena “CaCO3” tidak menggambarkan komposisi uapnya.
(Karena tiga spesies dihubungkan oleh stoikiometri reaksi maka konsentrasi
kalsium oksida bukanlah variabel bebas). Dalam hal ini C=2, dimulai dari
kalsium karbonat murni, atau jumlah yang sama dari kalsium oksida dan
karbondioksida, atau jumlah yang berubah-ubah dari ketiga-nya (Atkins, 1999).
Fase merupakan keadaan materi yang seragam di seluruh
bagiannya, bukan hanya dalam komposisi kimianya, melainkan juga dalam keadaan
fisiknya. Gas, atau campuran gas adalah fase tunggal, kristal adalah fase
tunggal dan dua cairan yang dapat campur secara total membentuk fase tunggal.
Es adalah fase tunggal (P=1), walaupun es itu dapat dipotong-potong menjadi
bagian-bagian kecil. Campuran es dan air adalah sistem dua fase (P=2) walaupun
sulit untuk menentukan batas antara fase-fasenya (Eregen, 2012).
Komponen merupakan spesies yang ada dalam system, seperti zat terlarut dan
pelarut dalam larutan biner. Banyaknya komponen dalam sistem C adalah jumlah
minimum spesies bebas yang
diperlukan untuk menentukan komposisi semua
fase yang ada dalam sistem. Dengan kata lain, kita hanya menghitung
banyaknya jika spesies yang ada dalam sistem tidak bereaksi. Misalnya, air
murni adalah sistem satu-komponen (C=1) dan campuran etanol dan air adalah
sistem dua-komponen (C=2). Biasanya untuk melakukan perhitungan banyaknya
komponen bisa didefinisikan sebagai C = S – R ; dengan C merupakan komponen, S
adalah spesies/molekul dan R adalah reaksi yang terjadi antara spesies-spesies
(reaksi-reaksi pada kesetimbangan, kenetralan muatan) (Eregen, 2012).
Dalam sistem komponen-tunggal (C=1), tekanan dan temperature dapat diubah
secara bebas jika hanya ada satu fase (P=1). Jika kita mendifinisikan varian F
sistem sebagai banyaknya variable intensif yang dapat diubah dengan bebas tanpa
mengganggu banyaknya fase yang berada dalam kesetimbangan, maka F=2. Jadi
sistem itu bivarian dan mempunyai dua derajat kebebasan. Berdasarkan
perhitungan J.W. Gibbs tentang aturan fase yang menunjukkan hubungan umum
antara varian F, jumlah komponen C, dan jumlah fase pada kesetimbangan P untuk
suatu sistem dengan komposisi sembarang, ialah (Eregen, 2012):
P + F = C + N
Dengan N adalah jumlah
variable non-komposisi.
P + F = C + 2
Sistem satu
komponen
Untuk sistem satu-komponen,
seperti air murni,
F = 3 – P
Jika hanya ada satu fase, F=
2 dan P dan T dapat diubah-ubah dengan bebas. Dengan kata lain, fase tunggal
digambarkan denan daerah pada diagram fase. Jika dua fase dalam kesetimbangan,
F = 1, yang berarti tekanan bukanlah variable bebas jika kita sudah menentukan
temperaturnya. Jadi, kesetimbangan dua fase digambarkan dengan garis di dalam
diagram fase. Jika ketiga fase ada dalam kesetimbangan, F = 0. Kondisi invarian
yang khusus ini hanya dapat terjadi pada temperatur dan tekana tertentu. Oleh
karena itu kesetimbangan tiga fase itu digambarkan dengan satu titik, yaitu
titik tripel, pada diagram fase. Empat fase tidak dapat berada pada
kesetimbangan dalam sistem satu-komponen karena F tidak dapat negatif (Eregen,
2012).
Sistem
dua-komponen (biner)
Jika dua komponen ada dalam satu
sistem, C = 2 dan hanya ada 1 non-komponen, N = 1, maka persamaan sebelumnya
berubah menjadi
P + F = 3
Untuk penyerdehanaan, di
sistem biner tekana dibuat supaya tetap (misalnya pada 1 atm), yang berarti
akan menghabiskan satu derajat kebebasan, dan F = 3 – P untuk varian sisanya.
Salah satu sisa derajat kebebasan ini adalah temperatur, yang lain adalah
komposisi (yang dinyatakan dengan fraksi mol satu komponen) (Eregen, 2012)
Sistem
tiga-komponen
Untuk sistem tiga-komponen,
F = 5 – P, sehingga variannya dapat mencapai 4. Dengan menjaga temperatur dan
tekanan tetap, masih ada dua derajat kebebasan (yaitu fraksi mol dua komponen).
Salah satu cara terbaik untuk memperlihatkan variasi kesetimbangan fase dengan
sistem komposisi digunakan diagram fase segitiga (Eregen, 2012).
mba ini sumbernya dari atkins yah???
BalasHapus